Setiap manusia pada dasarnya adalah pemimpin, memimpin dirinya sendiri dan
orang-orang lain dii sekitarnya untuk mencapai tujuan bersama. Memimpin berarti
membangun sebuah tim yang dapat secara efektif dan efisien meraih sasaran yang
tepat. Karena sesungguhnya setiap orang, tidak peduli siapapun dia, selalu
terlibat atau melibatkan diri dalam pembangunan suatu tim. Manusia diciptakan
untuk menjadi pemain tim dan dirancang untuk berfungsi dalam jalinan dan
hubungan saling ketergantungan dengan orang lain (interdependence dalam
istilah Stephen Covey, penulis The 7 Habits of Highly Effective People).
Dalam bukunya yang berjudul The Magic of Team Work, Pat Williams Senior Executive Vice President Orlando Magic, sebuah tim bola basket yang tangguh dari Amerika Serikat menggambarkan bahwa suatu keluarga merupakan sebuah tim. Sebuah kelas di sekolah dasar misalnya adalah juga sebuah tim. Klub olah raga bola adalah sebuah tim. Suatu bisnis itupun sebuah tim. Rumah sakit, kantor pemerintah, organisasi sosial, partai politik dan bahkan sebuah negara adalah bentuk-bentuk berbeda dari suatu tim. Kapan dan dimanapun orang bersama-sama atau berada dalam suatu kebersamaan untuk menyelesaikan pekerjaan, itulah sebuah team. Dalam Bahasa Inggeris TEAM bermaksud Together Everyone Achieve More dengan bekerja sama setiap orang dapat memperoleh hasil yang lebih baik daripada dikerjakannya sendiri.
Dengan pemahaman seperti inilah kami mencoba mengajak anda untuk memahami konsep kepemimpinan dalam perspektif membangun sebuah tim. Konsep membangun sebuah tim maknanya terletak pada sebuah kata: sinergi. Kata sinergi berasal dari bahasa Yunani sunergos artinya bekerja bersama; dari akar kata sun (bersama) dan ergon (bekerja). Secara jelas konsep sinergi didefinisikan sebagai interaksi dari dua individu atau lebih sehingga menghasilkan kombinasi kekuatan yang melebihi penjumlahan tenaga seluruh individu secara sendiri-sendiri.
Fungsi seorang pemimpin adalah membangun sebuah tim yang dapat menghasilkan sinergi. Apa yang kita bicarakan ini berkaitan dengan misteri atau keajaiban yang sulit dipahami yang sering disebut dengan sinkronisasi (synchronicity). Artinya suatu momen ketika keseluruhan tim bergerak sebagai satu kesatuan, semua energi tim berdenyut dalam kesatuan, dalam kesearahan, dan harmonis mengalir tak terbendung ke arah sasaran atau tujuan bersama.
Konsep ini berarti bahwa setiap individu dalam tim yang memberikan kontribusi terhadap penciptaan sinergi untuk mencapai tujuan bersama adalah seorang pemimpin. Inilah merupakan paradigma baru dalam kepemimpinan, yang berbeda dengan konsep kepemimpinan konvensional yang selalu memandang dalam perspektif pemimpin -- pengikut (leader followers). Dalam konsep ini setiap anggota tim memiliki peran dan fungsi yang berbeda, sehingga tidak ada superioritas subordinasi yang membentuk pola hubungan patron client: elite dan rakyat, atasan bawahan, orang-tua anak , ulama umat, dan sebagainya.
Kunci dari terciptanya sinergi pada suatu tim adalah kemampuan setiap individu anggota tim tersebut. Sehingga untuk meningkatkan keragaan (performance) suatu tim tidak terlepas dari upaya mengoptimalkan dan meningkatkan keragaan individu. Disinilah pentingnya Manajemen Diri untuk meningkatkan dan mengoptimalkan potensi dan kemampuan setiap individu dalam tim yang pada gilirannya dapat meningkatkan performance tim untuk mencapai sasaran dengan lebih cepat, efisien dan efektif.
Pendekatan konvensional selama ini untuk meningkatkan keragaan individu dalam tim adalah dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang sering kali tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap terciptanya sinergi tim. Padahal yang diperlukan oleh individu anggota tim adalah kemampuan mengoptimalkan potensi diri, untuk belajar (skill of learning) secara terus menerus, dan kemampuan berinteraksi dengan sesama anggota tim maupun dengan individu di luar tim (skill of life: communication and networking) sehingga dia dapat mengoptimalkan fungsi dan peranannya dalam kesatuan tim.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahawa organisasi tidak dapat berkembang dan mencapai sasarannya, kecuali jika setiap individu di dalamnya mengalami transformasi dan senantiasa belajar untuk mengoptimalkan dirinya. Organization does not transform. People do. ------ Corporate does not learn. People do. Sehingga dengan memahami konsep ini sebuah kepemimpinan tidak akan berarti ketika anggota tim tidak mengalami transformasi atau perubahan positif. Semakin tinggi kualitas individu dalam team dan keseluruhannya mampu menciptakan sinergi semakin tinggi pula performance team tersebut dalam mencapai sasaran bersama.
Contoh menarik untuk dikemukakan disini adalah negara Swiss. Sebuah negara
kecil tetapi rakyatnya hidup dalam kemakmuran dan kedamaian. Bangsa ini
memandang konsep kepemimpinan sebagai sebuah team dengan setiap individu
anggota
masyarakat memiliki kontribusi terhadap pencapaian tujuan bersama.
Bukanlah sesuatu yang luar biasa bagi masyarakat Swiss untuk melakukan
rujukan terhadap setiap pengambilan
keputusan yang bersangkut paut dengan kehidupan mereka. Bahkan misalnya
untuk
memutuskan membangun sebuah sekolah umum di suatu wilayah harus mendapat
persetujuan seluruh warga masyarakat di wilayah tersebut melalui
referendum.
Bangsa ini tidak memiliki tokoh karismatik, hidup dalam suasana
egalitarian dan
kesetaraan. Jangan heran kalau kebetulan anda sedang jalan-jalan di kota
Genewa, anda ketemu seorang menteri yang sedang berjalan kaki sendiri
menuju pejabatnya.
Dalam bukunya Global Paradox, John Naisbitt pernah mengungkapkan hal ini
ketika dia mengkritisi peranan elite politik dalam kehidupan sebuah masyarakat.
Kita tidak perlu wakil-wakil rakyat yang menganggap diri mereka memiliki
pengetahuan dan informasi untuk mengambil keputusan bagi kita. Kita memiliki informasi
dan pengetahuan yang sama untuk mengambil keputusan bersama demi kepentingan
bersama. Contoh yang dikemukakan adalah tentang kota kediamannya di Amerika Serikat, sebuah
kota kecil bernama Telluride (dengan penduduk tetap 1,400 jiwa), yang selalu
melakukan referendum untuk setiap keputusan yang menyangkut kepentingan warga
kota.
Dari
dasar pemikiran di atas, maka konsep kepemimpinan dalam pengurusan diri
adalah berupa pendekatan baru tentang bagaimana setiap kita
dapat mengoptimalkan potensi diri dan kemampuan berinteraksi dengan
orang lain
(terutama dengan individu sesama anggota team) sehingga kita mampu
memberikan
kontribusi yang signifikan bagi terciptanya sinergi untuk mencapai
sasaran tim
bersama-sama.
Kepemimpinan lebih diartikan sebagai kemampuan untuk memimpin dan mengelola
diri (pengurusan diri) sehingga dapat memberi kontribusi bagi penciptaan sinergi
untuk mencapai tujuan atau sasaran team. Sedangkan team didifinisikan sebagai apapun
wadah dua orang atau lebih bekerja bersama-sama atau dalam satu kebersamaan
untuk mencapai sasaran atau tujuan bersama. Team bererti keluarga, kelas,
klub olahraga, kantor pemerintah, perusahaan, organisasi sosial, partai
politik, bahkan sebuah masyarakat atau bangsa.
Untuk membangun kepemimpinan berdasarkan tim (teamwork-based leadership)
yang efektif diperlukan lima hal pokok (ingredients) yang dapat dijadikan acuan
untuk menilai atau mengevaluasi keragaan (performance) sebuah tim yaitu
V.O.I.C.E.
Vision (visi atau sasaran yang disepakati oleh seluruh anggota tim atau lebih
jelas dikatakan sebagai shared vision). Setiap anggota tim mengetahui dan
memahami secara jelas sasaran yang ingin dicapai timnya. Ini adalah rahasia
pertama konsep manajemen yang ditulis oleh Kenneth Blanchard dan Spencer
Johnson dalam buku mereka yang sangat terkenal, The One Minute Manager.
Bayangkan sebuah permainan sepak bola tanpa ada gawangnya. Ini akan membuat
seluruh pemain frustrasi dan bergerak tanpa tujuan.
Optimizing (mengoptimalkan kemampuan individu dalam tim). Ini berarti melengkapi setiap anggota tim dengan kemampuan untuk mengenali potensi dirinya, kemampuan untuk mendayagunakannya, serta kemampuan untuk belajar guna meningkatkan potensi dirinya secara terus menerus. Pendeknya, kepemimpinan berarti menginspirasi, memotivasi dan menumbuhkan antusiasme kepada diri sendiri atau sesama anggota tim untuk mengoptimalkan kemampuannya.
Optimizing (mengoptimalkan kemampuan individu dalam tim). Ini berarti melengkapi setiap anggota tim dengan kemampuan untuk mengenali potensi dirinya, kemampuan untuk mendayagunakannya, serta kemampuan untuk belajar guna meningkatkan potensi dirinya secara terus menerus. Pendeknya, kepemimpinan berarti menginspirasi, memotivasi dan menumbuhkan antusiasme kepada diri sendiri atau sesama anggota tim untuk mengoptimalkan kemampuannya.
Integrity. Setiap anggota tim apalagi yang merasa dirinya pemimpin harus mampu
menunjukkan integritas sehingga tercipta rasa saling percaya dan saling
menghargai dalam tim yang pada gilirannya dapat menciptakan sinergi positif
untuk mencapai sasaran secara lebih cepat dan efisien. Integritas adalah sifat
yang dapat dipercaya, selalu menepati janji, jujur, memiliki komitmen yang
tinggi terhadap tugas atau terhadap apapun yang telah disepakatinya , serta
memiliki karakter yang baik dan mantap. Integriti berarti satunya kata dan
perbuatan, serta senantiasa konsisten dengan apa yang diyakininya.
Communication. Dalam hal ini komunikasi berarti interaksi antar individu anggota team
sehingga tercipta sinergi kelompok. Setiap anggota tim harus dapat mengerti dan
memahami anggota yang lainnya. Inilah yang disebut Covey (7 Habits of Highly
Effective People) dengan Berusaha untuk Mengerti
Sebelum Dimengertikan. Kunci dasar kemenangan sebuah team adalah pada kelancaran
komunikasi diantara anggota team. Betapa banyak perceraian atau krisis rumah
tangga, kegagalan proyek, perselisihan atau krisis yang dihadapi suatu
organisasi hanya karena tidak adanya atau buruknya komunikasi diantara individu
di dalamnya. Komunikasi berarti menciptakan hubungan harmoni yang
melingkupi seluruh anggota team, mengalir dan membawa seluruh anggota team ke
arah tujuan dan sasaran bersama.
Empowering. Ini berarti bahwa setiap anggota team harus memberdayakan satu sama lain,
saling mengisi, saling memberi inspirasi dan saling membangun antusiasme di
antara mereka. Seorang pemimpin dalam team harus memiliki kemampuan untuk
memberdayakan anggota timnya. Memberdayakan anggota team memiliki tiga aspek
penting, yaitu: pertama, membantu seseorang untuk menggali dan menemukan
potensi diri dan hal-hal terbaik dalam diri mereka, serta membantu mereka
menjadi apa yang terbaik bagi diri mereka (finding the best). Kedua, membantu
untuk melakukan penyempurnaan diri secara terus menerus (lifetime
improvements), dan ketiga membantu mereka dalam berinteraksi dengan orang lain
(networking)
Dengan kelima unsur pokok tersebut dapat tercipta kepemimpinan yang didasarkan team (teamwork-based leadership). Hal ini berarti bahwa kita semua perlu mengurus diri sebaik-baiknya untuk menjadi seorang pemimpin dalam bidang apapun dan sekaligus menjadi anggota team (samada itu keluarga kita, kantor tempat kita bekerja, lingkungan masyarakat tempat kita tinggal, dan sebagainya) yang efektif sehingga dapat menumbuhkan sinergi untuk mencapai sasaran bersama.
Dengan kelima unsur pokok tersebut dapat tercipta kepemimpinan yang didasarkan team (teamwork-based leadership). Hal ini berarti bahwa kita semua perlu mengurus diri sebaik-baiknya untuk menjadi seorang pemimpin dalam bidang apapun dan sekaligus menjadi anggota team (samada itu keluarga kita, kantor tempat kita bekerja, lingkungan masyarakat tempat kita tinggal, dan sebagainya) yang efektif sehingga dapat menumbuhkan sinergi untuk mencapai sasaran bersama.
No comments:
Post a Comment